Pertumbuhan ekonomi Indonesia kemungkinan akan melaju lebih cepat pada kuartal terakhir 2011. Belanja domestik dan pelemahan pemulihan global mendorong Bank Indonesia untuk memangkas suku bunga acuan.
Menurut survei Bloombeg News, titik tengah dari estimasi 16 ekonom menjelang rilis data pada Senin (7/11), produk domestik bruto Indonesia meningkat 6,6 persen dibanding tahun lalu. Lebih tinggi dibanding pertumbuhan April hingga Juni lalu yang mencapai 6,49 persen.
Namun kenaikan pertumbuhan tersebut masih belum cukup untuk mendorong Bank Indonesia agar menurunkan kembali BI rate sebesar 0,25 persen. Hanya 7 dari 16 ekonom yang memperkirakan BI akan menurunkan suku bunga, sedangkan selebihnya meyakini tak akan ada perubahan suku bunga pada awal November ini.
“Masih berlanjutnya ketidakpastian kondisi makroekonomi di negara-negara maju hanya memunculkan keinginan untuk menurunkan tingkat bunga, namun perekonomian Indonesia lebih berorientasi domestik sehingga tidak terlalu terkena gejolak ekonomi global,” ujar Leif Eskesen, ekonom HSBC Holdings Plc, Singapura. “Hal ini menutup seruan” kepada pembuat kebijakan untuk memotong tingkat bunga lebih rendah lagi, kata Eskesen seperti dikutip bloomberg.com.
Meskipun sesungguhnya, menurut Gubernur BI Darmin Nasution, ada ruang untuk menurunkan lagi tingkat bunga menjelang akhir 2011. Jumat (4/11) lalu, Darmin mengatakan, inflasi bulan lalu bukanlah tantangan utama pada saat ini ketika pertumbuhan global melemah. BI juga menjanjikan untuk membeli obligasi dan mengintervensi rupiah, ‘’Hingga pasar tenang kembali.”
“Meskipun inflasi melemah, perbedaan tingkat bunga dengan negara-negara maju tetap tinggi dan ketidakpastian prospek pertumbuhan global, Bank Indonesia lebih ingin melihat ke depan demi mendukung pertumbuhan domestik,” kata Helmi Arman, ekonom Citigroup Inc., Jakarta.
“Prospek Indonesia untuk enam bulan mendatang masih cerah, dan masih bisa melanjutna manisnya menikmati pertumbuhan tingi dan inflasi rendah,” ujar Eugene Leow, dari DBS Group Holdings Ltd, Singapura. “Bank Indonesia telah mengambil langkah-langkah proaktif. Sikap berhati-hati itu cenderung tak kan berubah dalam kondisi ketidakpastian eksternal yang masih berlanjut,” imbuh Leow.
Kendati ekonomi Indonesia, lebih sedikit bergantung pada ekspor jika dibanding tetangga-tetangganya, namun penurunan ekonomi global akan mempengaruhi investasi asing. Pemerintah Indonesia mengandalkan investasi asing untuk menggenjot pertumbuhan infrastruktur dan penciptaan lapangan kerja.
“Bila sentimen global memburuk pada satu dua bulan mendatang, kami menduga pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto akan terpengaruh, hingga semester pertama 2012,” Leow menambahkan.