Menteri Keuangan (Menkeu) negara-negara Eropa menggelar pertemuan di Brussels, Belgia, hari ini, untuk meyakinkan dunia internasional bahwa mereka mampu melindungi beberapa anggotanya, seperti Italia dan Spanyol, agar tidak terjerumus dalam krisis utang.
Pertemuan tersebut, seperti dilansir laman Bloomberg, Senin (7/11), sekaligus untuk membuktikan bahwa Uni Eropa mampu mencegah penyebaran krisis utang dengan menyediakan dana bantuan besar-besaran pada dua negara itu.
Belakangan ini, gejolak politik terus menyelubungi Athena dan Roma, sehingga mendorong para menteri keuangan eurozone yang beranggotakan 17 negara, untuk bekerja keras guna meningkatkan kekuatan Fasilitas Stabilitas Keuangan Eropa atau European Financial Stability Facility (EFSF). Uni Eropa berencana meningkatkan kapasitas pendanaan EFSF hingga satu triliun euro atau sekitar 1,4 triliun dollar AS.
Kegagalan para pemimpin Eropa mengatasi krisis utang yang sudah berlangsung selama dua tahun mengancam perekonomian global dan memicu krisis keuangan lainnya. Para pemimpin dunia yang menghadiri pertemuan G-20 pekan lalu di Cannes, Prancis, menuntut Uni Eropa agar berbuat lebih banyak untuk mengatasi krisis di kawasan tersebut—termasuk mencari jalan keluar guna meningkatkan kemampuan EFSF—sebelum mereka berkomitmen memberikan bantuan.
“Peran EFSF masih dapat ditingkatkan menjadi bazoka, tetapi sejauh ini lebih mirip pistol air,” tutur Joachim Fels, Kepala Ekonom Global Morgan Stanley, di London. “Ketika para menteri keuangan Uni Eropa bisa memberikan penjelasan mendetail mengenai bagaimana mengusahakan dana tersebut, sebaiknya jangan menahan napas Anda,” ujar Fels.
Rencananya, para menteri itu bertemu di Brussels pada pukul 17.00 waktu setempat untuk memulai pembicaraan, yang dibayangi ketidakpastian politik di Italia dan Yunani. Sebelumnya, Perdana Menteri Yunani George Papandreou setuju untuk membentuk pemerintahan sementara dengan pemimpin partai oposisi terbesar di negara itu, Antonis Samaras.
Sementara, Perdana Menteri Silvio Berlusconi menghadapi tekanan yang semakin kuat untuk mengundurkan diri karena dianggap gagal mengelola perekonomian Italia, bahkan saat ini nasibnya hampir selevel dengan Yunani, Irlandia serta Portugal, yang harus mendapatkan kucuran dana bailout guna mengatasi krisis utang.
Kemarin, pemilik klub raksasa AC yang kini berusia 75 tahun itu, masih cukup percaya diri mendapatkan dukungan mayoritas anggota Parlemen. Bahkan Berlusconi menegaskan beberapa anggota Parlemen yang membelot dapat tetap mendukung pemerintahannya. Sekali lagi Berlusconi menyatakan ingin menduduki kursi perdana menteri hingga akhir masa jabatannya sampai 2013.
Perselisihan politik di Italia dan Yunani ikut mendorong penurunan euro terhadap dollar AS sebesar 2,5 persen, pekan lalu, yang ditutup pada angka 1,3769. Mata uang tersebut terus mengalami penurunan sebesar tujuh persen sejak 2 Mei.
Meskipun para pejabat Uni Eropa mengatakan kesepakatan mengenai peningkatan peran EFSF tidak bisa diselesaikan pada hari ini, mereka akan membahas rincian teknis tentang bagaimana menjual sebagian obligasi yang sudah mendapatkan jaminan, serta mendirikan sebuah “kendaraan” investasi khusus untuk menarik uang dari luar Eropa. Para pemimpin Eropa menjelaskan rencana tersebut pada pertemuan puncak 26-27 Oktober lalu.
Perdana Menteri Luksemburg Jean-Claude Juncker akan memimpin pertemuan para menteri eurozone pada hari ini. Sementara para menteri keuangan lainnya dari blok keuangan tersebut bakal bertemu besok.